Jumat, 24 Februari 2012

Apa Kita Pernah Bertemu Sebelumnya? (Posting cerita pertama)

APA KITA PERNAH BERTEMU SEBELUMNYA?
Jika orang bertanya pernahkah aku menyukai seseorang, tentu jawabanku akan sama dengan orang-orang kebanyakan. Setiap orang memiliki kisah cintanya masing-masing yang satu dengan lainnya tentu tak akan sama.  Begitupun juga denganku.
Aku bertemu dengannya jauh sebelum aku benar-benar melihatnya.  Maksudku, aku sudah bertemu dengannya di tempat lain. Aku pernah bertemu dengannya dalam pikiran masa kecilku. Ketika itu aku yang matanya belum terbuka penuh untuk melihat dunia mendapatkan suatu bayangan.  Bayangan itu menari-nari di dalam benakku dan terus menari untuk waktu yang cukup lama. Bayangan tentang sekelebat wajah seseorang yang buram tapi masih dapat kulihat dan kurasakan. Aku dapat melihat posturnya yang kurus, kulitnya yang putih, serta rambutnya yang lurus kecoklatan. Aku dapat melihat sifat yang bagiku tergambar jelas pada setiap garis tubuhnya. Aku juga dapat merasakan bahwa suatu saat nanti, entah kapan dan di mana aku akan mengenalnya. Ya. Akan. Tapi ingatan itu perlahan-lahan tertutup memori-memori baru yang setiap harinya tergores hingga akhirnya terlupakan begitu saja.
Sampai 5 tahun lalu. Ketidak beruntunganku membuatku sulit bertemu dengannya.  Ia teman sahabatku yang ketika itu berusaha menunjukkan kepadaku orang yang ia ceritakan selama ini. Tetapi ketika aku datang, ia pulang. Ketika aku hadir, ia tidak. Begitupun sebaliknya.  Jadi selama setahun setelah aku mendengar namanya dari sahabatku aku selalu gagal untuk melihatnya. Tapi kemudian dewi Fortuna memberikan keberuntungannya kepadaku. Aku bertemu dengannya di suatu pagi yang cerah. Aku melihat sosok kurus dengan tinggi rata-rata laki-laki pada umumnya berdiri di hadapanku. Aku melihat kulitnya yang putih.  Rambut lurusnya yang kecoklatan terpantul semburat sinar matahari pagi. Indah. Saat itu jantungku seperti berhenti berdetak. Aku tersedot kembali ke masa lalu dimana aku pernah melihatnya dalam bayangan masa kecilku. ”Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Maksud hati ingin bertanya. Tapi pertanyaan itu menggantung begitu saja di sudut bibirku dan menguap di udara. Jadi aku hanya mematung di tempat di mana aku berdiri.
Kemudian cerita demi cerita mengalir begitu saja. Seperti sungai dengan riak-riaknya yang tak terduga. Aku tidak tahu bagaimana cerita diantara kami dimulai dan mengapa terus berjalan seperti tidak ada akhir.
Ia seperti angin. Datang ketika hidupku sedang tidak baik-baik saja dan menyejukkanku hingga ke sendi-sendi kehidupanku yang belum terjamah oleh siapapun. Ia seperti air yang tak dapat ditebak kemana dan bagaimana ia akan mengalir. Matanya seperti hutan gelap yang penuh dengan misteri. Tajam. Tegas. Menuntut kejujuran. Dan aku tak pernah berani untuk memandang matanya lama-lama.
Satu hal yang pasti dan tak pernah kuragukan adalah aku mencintainya. Tapi hal lain yang sama pastinya ialah bahwa ia tidak pernah mencintaiku. Mungkin bukan “tidak”, tapi “belum”. So, let me rephrase it. Dia bukan tidak pernah mencintaiku, tapi dia belum mencintaiku.
Tetapi mengapa untuk waktu yang selama ini ia belum dapat mencintaiku sebagaimana aku mencintainya?  Lalu apa arti labirin-labirin cerita membingungkan di antara kami?  Hingga saat ini aku masih menunggu bagaimana Tuhan akan menunjukkan jalan-Nya dan memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang tak terjawab.(ast)